Wednesday, December 16, 2015

Cerita Sex Ibu Zeni Yang Baik

Hampir 1 tahun Edo tinggal di kost bu Zeni, aku secara tidak sengaja pula bis ngekost di rumah ibu Zeni, awal cerita begini suatu ketika saat Ibu sedang di pasar beliau kecopetan dan teriak kencang “Malinggggg” kebetulan itu aku menolong dan berhasil menangkap pencopet tersebut aku serahkan semua yang menjadi hak ibu Zeni.
Kita sempat ngobrol ngobrol kecil dimana aku bercerita bahwa kau mau cari kost kostan didaerah sini, kebetulan ibu Zeni punya rumah / kost, ya jadilah aku tinggal di kost an Ibu Zeni, beliau sangat baik denganku, malah terlalu baik , karena waktu aku ngekost selama 4 bulan aku belum sempat membayarnya, tapi Ibu Zeni tenang tenang saja , apa mungkin masih keingat jasaku itu.

Tapi aku juga merasa gak enak tapi gimana lagi penghasilanku juga seret, kadang apabila ada acara aku menghindar untuk bertemu dengan ibu Zeni. Sampai satu hari waktu itu masih sore jam 4. Edo masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya.
Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok tok..tok..tok.. lalu suara bu Zeni yang manggil,EdoEdo ada di dalem gak? Sontak Edo bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Edo.
Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Zeni pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Zeni, Edo lagi tidur ya..? dan dari kamar mandi Edo menyahut sedikit teriak, lagi mandi bu.
Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Zeni jadi dekat,ya udah mandi aja dulu Edo, ibu tunggu di sini ya eh ternyata masuk ke kamar, Edo tadi gak mengunci pintu. busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,pikir Edo.
Sekitar lima belas menit Edo di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Zeni bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Zeni sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Edo dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.
Bu Zeni tersenyum manis melihat Edo yang salah tingkah,lama juga kamu mandi ya Edo bu Zeni membuka pembicaraan. pasti bersih banget mandinya ya gurau bu Zeni sambil sejenak melirik dada bidang Edo.
ah ibu bisa aja biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..? jawab Edo sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Zeni mendekat dan duduk di samping Edo, Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mluluucap bu Zeni. Edo jadi kikuk,wahduh kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie jawab Edo dengan sedikit memohon.
Bu Zeni terlihat sedikit berpikirmmmm boleh deh, tapi jangan lama-lama ya emang uangmu di pakai untuk apa sie? terlihat bu Zeni sedikit menyelidik. hmmm pasti buat cewe mu yadia terlihat kurang senang.
ah nggak juga kok bu.. saya emang lagi ada keperluan, jawab Edo hati-hati melihat raut wajah bu Zeni yang kurang senang.
huhlaki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh sama aja dengan suamiku.keluh bu Zeni dengan nada kesal.
Waduh nampaknya bu Zeni lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Edo. Dengan cepat Edo menjawab,tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok
hhhhh.bu Zeni menghela nafas,udahlah Edo, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.
sedikit penjelasan bahwa bu Zeni ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Zeni tampaknya udah mulai kesepian nie
wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu. jawab Edo kikuk
gak apa-apa Edo, ibu hanya mau curhat aja sama kamu boleh kan Edo? suara bu Zeni sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Zeni terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Edo.
udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,Edo bermaksud menghibur.
ah kamu Edo emang ibu masih cantik menurutmu? bu Zeni menatap sendu ke arah Edo, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh. ingin rasanya Edo menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Edo bisa berbuat sesuatu busyet Edo memaki dalam hati kenapa otak gwa jadi kotor gini.
Dengan sedikit gugup Edo menjawab,mmmeeeiya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda. Uupsss.
Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut gerutu Edo dalam hati. Edo jadi panik,
jangan-jangan bu Zeni marah dengan ucapan Edo. Tapi ternyata Edo salah, karena bu Zeni tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,ih Edo bisa aja menghibur. Iya juga sie/
Kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie rona wajah bu Zeni berubah sedih lagi,kalo menurutmu Edo, apa ibu emang gak menarik lagi? sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Edo minta penilaian. Terang aja Edo makin kikuk,wah aku mau ngomong apa ya bu? Takutnya nanti di bilang lancang lho tapi kalo mau jujur. Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.
Bu Zeni tampaknya senang dengan pujian itu,hmmm.. kamu ada-ada aja saja ibu udah 43 lho.. emang Edo liat dari mananya bisa bilang begitu?
Edo jadi cengar cengir, .itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.
Bu Zeni kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Edo sambil berkata, ah.. gak perlu malu. Bilang aja
Nafas Edo terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Zeni, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Edo mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Zeni mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Edo memperhatikan bahwa bu Zeni memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya.
Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Edo beralih ke bagian depan uupss terlihat belahan dada yang hmmm sepertinya buah dada itu lumayan besar.
Sentuhan lembut tangan bu Zeni di paha Edo yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Edo. Dengan penuh selidik bu Zeni bertanya,lho kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an
Edo sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Zeni,mmm eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang masih sangat menggoda
Tidak ada jawaban dari mulut bu Zeni, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Zeni makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah.
Edo pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Edo menyambut bibir merah bu Zeni, desahan nafas mulai terasa berat hhhhhhhhciuman terus bertambah dahsyat, bu Zeni menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Edo, dan dibalas dengan lilitan lidah Edo sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.
Dengan naluri yang alami, tangan Edo merambat naik ke bahu bu Zeni, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Edo meraba bahu bu Zeni sampai ke lehernya. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut Edo meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. hhhhhhhhh nafas bu Zeni mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak.
Jemari lentik bu Zeni tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Edo melingkari pinggang Edo, mencari lipatan handuk, hendak membukanya.
Uupps. Edo tersentak dan sadar.,upshhh maaf bu maaf bu saya terbawa suasana. Edo tertunduk tak berani menatap bu Zeni sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Zeni.
Terlihat bu Zeni pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. napa Edo kita sudah memulainya dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam kamu harus menyelesaikannya Edo tatapan bu Zeni terlihat semakin sendu
mmm ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu bisa gawat dong pak Kardi juga bisa marah besar bu jawab Edo.
Tanpa menjawab bu Zeni bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Edo terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Zeni.
Kemudian dengan tenang bu Zeni melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Edo itu nampak gerakan bokong bu Zeni naik turun, dan perasaan Edo semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Zeni berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Edo tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Zeni. Sampai bu Zeni berdiri dekat di depan Edo dan berkata,kamarnya udah di kunci Edo, dan gak ada yang akan mengganggu.
Edo tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Zeni kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya. Edo mendekat dan duduk di samping bu Zeni hmmm nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Edo langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Zeni yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Edo, menarik wajah dan langsung melumat bibir Edo dengan nafsu yang membara. Edo membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Zeni, tangan Edo meremas payudara montok milik bu Zeni.
Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Zeni mendorong lembut badan Edo, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Edo mendorong lembut tubuh bu Zeni, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur.
Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Edo melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting.
Dengan gemas Edo menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya HHHH. AHHH.MMMH.suara bu Zeni mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Edo melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Zeni yang menggelinjang kegelian.
Edo menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Zeni, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Zeni mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi.
Edo mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Zeni yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama.
Edo menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Zeni dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Zeni mengerang kenikmatan,AHHHH. MMMMH HHH Edo.UHHdesahan birahi yang memuncak dari bu Zeni membuat Edo semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit Edo mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Zeni tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,Edo. Ayo sayang masukkin Edo hhhhmmmmh. Suara bu Zeni ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Edo menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap.
Bu Zeni semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Edo naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Zeni yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Edo dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis Edo amblas sampai setengahnya. Edo menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Zeni, AHHH.TERUSKAN EDO.AHHH. kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya.
Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Edo memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot. Edo bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Zeni mencengkam punggung Edo.
Meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,AH..AH..AH..MMHMHHHHHH. tak hentinya desahan meluncur dari bibir Edo dan bu Zeni.
Sesaat Edo menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Zeni memeluk Edo dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Zeni memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan.
Sesekali bu Zeni memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Edo lebih dalam. Edo tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Zeni.
Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Zeni seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Edo membalikkan posisi, bu Zeni kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Edo meneruskan pertempuran.
EdoAHH..AH..AH..UHTERUS EDO. AHHHAHH IBU SAMPAIEDO.AHHHHHHHHH MMMMMHHH. Setelah teriakan tertahan bu Zeni mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar.
Edo merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.Edo menikmatinya dengan memutar mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Edo kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Zeni.
Yang dengan cepat meraih penis Edo dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Zeni mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Edo membaringkan tubuhnya disamping bu Zeni.
Terdiam untuk beberapa saat. Bu Zeni bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Edo.
Makasih ya sayang ini rahasia kita berdua I love u Edo, bisik mesra bu Zeni di telinga Edo. mmmbaik bubelum sempat Edo menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Zeni menempel di bibirnya, kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dongucap bu Zeni manja. iya sayang.
Balas Edo, senyum manis merekah di bibir seksi bu Zeni. Setelah itu dengan cepat Edo dan bu Zeni merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Edo, bu Zeni berbisik mesra,sayang tar malem suamiku gak ada di rumah.. aku tunggu di kamar ya berapa ronde pun dilakoni buat Edo sayang. Sambil berpelukan mesra, Edo menyanggupi ajakan bu Zeni.

No comments: