Peristiwa ini terjadi saat aku belum menikah dan aku amsih bekerja
sebagai karyawan distributor makanan, dan aku mempunyai teman yang baru
bekerja 3 bulan namanya Anggi dia seorang sarjana ekonomi yang baru
lulus setahun kemarin saat ini dia berumur 22 tahun, saat pertama masuk
kerja dia sering diantar jemput sama pacarnya.
Tetapi sudah ada seminggu terakhir Anggi
selalu mengendarai motor sendiri. Memang Anggi berwajah manis, hanya
sayang kurang tinggi sedikit.
Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah.
Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah.
Juga yang kelihatan sensual adalah cara
berpakaiannya karena Anggi selalu pakai baju atau kaos yang agak ketat
sehingga perutnya kelihatan ramping dan buah dadanya terlihat agak
menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak terlalu besar tetapi cukup
bagus bila pakai baju atau kaos yang ketat.
Suatu saat aku tegur dia,
Suatu saat aku tegur dia,
“Anggi, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri?”
“Yaahh, yang antarin sudah nggak ada”, sahutnya.
“Masak iya, kemana pacarmu itu?” tanyaku.
“Aach, nggak tahu pergi kemana dia, biarin saja”, jawabnya dengan nada kesal.
Beberapa hari kemudian, saat makan siang, aku melewati kamarnya, kebetulan cuma Anggi seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain makan keluar, segera kumasuk dan duduk di depan mejanya. “Makan sendirian saja?”
Beberapa hari kemudian, saat makan siang, aku melewati kamarnya, kebetulan cuma Anggi seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain makan keluar, segera kumasuk dan duduk di depan mejanya. “Makan sendirian saja?”
“Iya Pak, sahutnya. Sambil makan, Anggi melihat-lihat iklan bioskop di koran. Tiba-tiba Anggi berbicara,
“Waah, film Mandarin ini bagus Pak, Anggi kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang.”
“Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani” kataku.
“Ah, Bapak bisa saja, nanti pacar Bapak marah lho!” sahutnya.
“Yaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali-kali kan nggak apa-apa”, kataku.
“Kalau sungguh, kapan Bapak bisanya? asal jangan yang malam-malam, paling lambat yang pukul 7.00 malam”, jelas Anggi.
“Besok malam? Pokoknya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak sudah patent” kataku.
“Kalau gitu besok malam ya Pak?”
“Kalau gitu besok malam ya Pak?”
“Boleh, Bapak jemput jam berapa?”
“Anggi sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu, jadi kira-kira pukul 6 sore ya!”
“Oke”, sahutku.
Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya Anggi. Sampai di sana ternyata Anggi belum selesai hingga kutunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pukul 6.10 padahal filmnya mulai pukul 7, maka kita putar-putar kota dulu.
Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya Anggi. Sampai di sana ternyata Anggi belum selesai hingga kutunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pukul 6.10 padahal filmnya mulai pukul 7, maka kita putar-putar kota dulu.
Dalam mobil aku bilang dengan Anggi
kalau lagi nggak dinas begini jangan panggil aku Pak, sebab umur kami
paling hanya berbeda 7 tahun, aku jadi nggak enak dong. Akhirnya setelah
putar-putar kita langsung ke bioskop dan beli tiket lalu masuk, aku
memang sengaja minta tempat duduk yang di pinggir. Rupanya filmya kurang
bagus, sebab sampai saat mulai penontonnya hanya sedikit.
Memang artis-artis yang main
seksi-seksi, apalagi film Mandarin terhitung banyak yang berani juga
actionnya. Kalau pas adegan yang hot Anggi tiba-tiba memegang tanganku,
suatu saat kalau adegan panas sebelum tangannya Anggi yang beraksi
kupegang dulu telapak tangannya erat-erat.
Walaupun adegan panas sudah berlalu
tangannya tetap kupegang terus dan perlahan-lahan tangannya kuletakkan
di atas pahanya. Ketika Anggi masih diam saja atas aksi ini, maka
jari-jariku kupakai untuk mengutik-utik pahanya yang sudah terbuka
karena roknya yang agak pendek itu naik kalau buat duduk.
Beberapa menit hal itu kulakukan dan Anggi pun masih diam, lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap roknya supaya naik ke pangkal paha.
Beberapa menit hal itu kulakukan dan Anggi pun masih diam, lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap roknya supaya naik ke pangkal paha.
Setelah kulihat roknya menyingkap sampai
hampir pangkal pahanya sehingga paha yang mulus itu terlihat
remang-remang dengan penerangan cahaya dari film saja. Aku pura-pura
diam sebentar, kebetulan ada adegan panas lagi dan tanganku segera
memegang pahanya dan tangan Anggi memegang bagian atas tanganku.
Kupikir Anggi akan melarang kegiatan
tanganku itu, tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja di tanganku.
Kuberanikan lagi operasi ini, tanganku kuusapkan ke pahanya dari atas
lutut sampai ke atas dekat pangkal pahanya. Sudah ada 5 menit aku
melakukan ini bergantian paha kanan dan kiri, tapi Anggi tetap diam
hingga nafasku yang mulai memburu.
Akhirnya kuberanikan tanganku untuk
mengusap pahanya sampai ke selakangannya hingga menyentuh CD-nya dan
bagian kemaluannya kugelitik dengan 2 jariku. Saat itu Anggi kelihatan
mendesah sambil membetulkan duduknya. Kugelitik terus clitorisnya dengan
jari dan kadang-kadang jariku kumasukkan ke dalam lubang vaginanya,
ternyata lubangnya sudah basah juga.
Belum beberapa lama, Anggi menggeliat
duduknya dan bilang, “Oom, Jangan digitukan nanti basah semua vagina
Anggi juga CD-nya, sebab Anggi punya banyak keluarnya.” Lalu tanganku
kutarik dan kupindahkan ke pahanya saja.
Aku bisiki, “Nanti lain kali saja sambil santai di hotel ya?”.
Anggi mengangguk dan berkata, “Kira-kira minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dengan tante kost”.
Setelah film selesai sambil jalan
keluar, kurangkul pundaknya dan Anggi pun memegang pinggangku sambil
kepalanya disandarkan ke bahuku. Kuajak Anggi makan malam sekalian
sambil ngobrol macam-macam. Aku bertanya,
“Anggi, biasanya kamu diajak pacarmu santai di mana?”
“Yaah,kadang-kadang di hotel P atau
Hotel NP di atas Candi kadang-kadang juga di Hotel R di bawah kalau
malas jauh-jauh.” Dengan jawaban Anggi itu, aku sudah dapat mengambil
kesimpulan bahwa Anggi saat ini sudah bukan perawan lagi, jadi aku
berani untuk mengajaknya ke hotel minggu depan.
Selesai makan kuantarkan Anggi pulang,
sebelum turun mobil kupeluk dia dan dia pun membalasnya dengan merangkul
leherku kuat-kuat untuk menerima ciuman dan kecupan-kecupan pada
bibirnya dan selesai itu dengan sedikit teknik tanganku menyambar dan
memijit buah dadanya.
“Acch.. nakal ya Oom? katanya, dan “Bye…
bye….” Pada keesokan harinya saya bertemu Anggi di kantor dan kita
bersikap biasa-biasa saja sehingga tak ada teman yang curiga kalau kita
telah pacaran semalam. Saat kutanya kenapa sang pacar tak mengantar
lagi,
Anggi bilang kalau pacarnya sekarang
lagi renggang walaupun belum putus 100 % karena pacarnya yang SH itu dan
bekerja sebagai salesman electronic itu belakangan suka tersinggung
tanpa sebab yang jelas. Mungkin iri atau malu karena Anggi dapat kerjaan
dengan gaji yang semetara ini lebih besar dari padanya.
Suatu siang di hari Rabu seminggu
setelah kita menonton, kebetulan Anggi datang ke kamarku dengan membawa
laporan-laporan yang kuharus tanda tangani. Anggi bertanya,
“Pak, nanti malam Bapak ada waktu?”
“Kenapa?” tanyaku pura-pura sebab dalam hatiku saat-saat inilah yang kunantikan.
“Kalau Bapak ada waktu, Anggi kepingin makan di luar tapi kok nggak ada teman”, sahutnya.
“Oke, kalau Anggi yang ngajak saya bersedia. Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang ke kost, ya Anggi?” kataku.
“Terima kasih ya Pak.”
Sore itu aku cepat-cepat pulang dan
segera mandi. Jam 5.30 sore aku siap berangkat ke kost Anggi, karena
terlalu pagi Anggi belum siap dan kutunggu di ruang tamu. Baru kira-kira
10 menit kemudian Anggi keluar.
Aku sempat terpesona beberapa saat,
karena Anggi yang saya tahu biasanya memakai rok agak mini dengan baju
atau kaos pendek perutnya dan agak ketat. Kali ini tampil dengan memakai
gaun panjang warna ungu dengan belahan yang agak tinggi di bagian paha
sebelah kirinya, sehingga kalau jalan pahanya yang kiri dan putih bersih
itu kelihatan dengan jelas dan bagian dalam pahanya kanan juga tampak
samar-samar.
“Ceeek…. ceekkk…. ceeekkk”, komentarku.
Anggi bahkan tersenyum manis dan kemudian memutar tubuhnya dan bagian
punggungnya terbuka lebar sampai ke bawah dengan model huruf V sampai di
atas pinggulnya.
Aku yakin sekali kalau Anggi pasti tidak
pakai bra sekarang. Tanpa duduk, Anggi langsung mengajak berangkat.
kurangkul pinggangnya, Anggi jadi agak kikuk takut kalau tante kostnya
tahu. Begitu masuk mobil kuminta untuk mengecup dulu bibirnya yang merah
merekah dan basah terus itu, sambil punggungnya yang terbuka itu
kuusap-usap dan ternyata dugaanku benar saat dadanya kutekan erat-erat
ke dadaku terasa gumpalan daging yang kenyal dengan nama payudara tanpa
terlindungi spons BH menempel di dadaku.
Denyut jantungku langsung berdetak
cepat. Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangan Anggi diletakkan di
atas paha kiriku sambil kadang-kadang memijit pahaku.
“Mau makan kemana Anggi?”
“Terserah Bapak”, katanya.
Memang Anggi tetap tak mau panggil aku
dengan sebutan lain, ia pilih dengan “Pak” karena takut salah ngomong
kalau di kantor nanti.
“Kalau makan sate kambing apakah Anggi suka?” tanyaku.
“Mau Pak, malah sebenarnya Anggi sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Anggi tak suka daging kambing”, katanya.
Akhirnya kita ke rumah makan sate
kambing. Saat turun dari mobil dan masuk ke rumah makan sekarang ganti
Anggi yang selalu merangkul pingganku. Anggi duduk di sebelah kananku.
memang kuatur demikan supaya tangan kananku bisa dekat dengan paha
kirinya yang terbuka sampai ke atas untuk kuraba-raba.
Memang kali ini Anggi berbeda dengan
waktu nonton film, kali ini Anggi tampak ceria dan manja. Saat duduk
makan Anggi duduknya merapatkan tubuhnya ke tubuhku serta tangannya
memegang pahaku. Tanganku sebelum beraksi di pahanya kupakai untuk
mengusap-usap punggungnya yang terbuka.
Untuk saat itu rumah makan masih sepi
pengunjung,jadi aku agak bebas berkarya. Setelah puas meraba punggungnya
tanganku kususupkan ke dalam roknya ke daerah pinggang dan turun di
sana tanganku meraba CD-nya.
Kemudian tanganku bergerak ke atas dan
menyusup ke bawah ketiaknya dan menuju ke samping depan sehingga ujung
jariku dapat menyentuh samping payudaranya yang benar-benar masih
kenyal. Pekerjaan tanganku berhenti saat pelayan membawa makanan ke meja
kami. Saat makan tanganku kadang mulai meraba pahanya kiri yang terbuka
itu.
Anggi betul-betul penuh pengertian saat
tangan kananku sibuk meraba pahanya, ia yang menyuapkan nasi ke mulutku
hingga tanganku diberi keleluasaan untuk bermain di pahanya dan sampai
vaginanya pun kuraba-raba dengan penuh kemesraan.
Kadang-kadang tangan kananku kupakai
untuk menyendok makanan lagi, tapi lebih sering kupakai untuk berkarya
di paha dan lubang vaginanya sedang Anggi yang terus dengan kasih
sayangnya menyuapiku dengan makanan sampai suatu saat Anggi mendesah dan
memegang tanganku yang berkarya erat-erat seraya berkata, “Pak, karya
tangan Bapak benar-benar hebat bisa membuat Anggi basah.”
Lalu kuraba vaginanya ternyata CD-nya
juga sudah basah apalagi lubang vaginanya, ujung jar-jariku kumasukkan
ke lubangnya untuk bisa mengkait lendir yang menempel di bibir
vaginanya, ternyata usahaku itu berhasil juga.
Kulihat ada lendir kental mirip cendol
menempel di ujung telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan
bersama makanan yang disuapkan oleh Anggi. Aku betul-betul merasa “hot”
makan daging kambing dicampur lendir Anggi, kurebahkan kepalaku ke
kepalanya Anggi sambil berbisik,
“Anggi sayang, saya menyayangimu.” Anggi
menjawab, “Pak, sebentar lagi Anggi menjadi kepunyaan Bapak seluruhnya,
Anggi akan memberikan segalanya yang terbaik untuk Bapak nanti.
Percayalah!” sambil mencium pipiku.
Selesai makan, kita langsung menuju
Hotel CB di kota atas yang banyak pemandangannya walaupun itu hotel
kuno. Kita langsung check in. Anggi tetap manja, jalan sambil merangkul
pinggangku dengan badannya disandarkan ke tubuhku. Pintu kamar segera
kukunci setelah pelayan menyiapkan air minum, sabun dan handuk.
Anggi ganti kupeluk dan ia pun merangkul
leherku erat-erat hingga permainan ciuman mulut, bibir dan lidah
berlangsung dengan hangatnya dan penuh kemesraan. Karena saat aku
menciumnya, kukecup dalam-dalam bibirnya dengan penuh perasaan hingga
Anggi bukan merasakan kenikmatan saja tetapi juga merasakan kasih
sayangku.
Setelah berciuman dengan mesranya untuk
beberapa saat, maka tanganku kupakai untuk meraba punggungnya yang
terbuka, kurasakan tubuh Anggi cukup hangat lalu kupegang rok bagian
kedua pundaknya dan kutarik ke depan,
Anggi pun membantu dengan meluruskan
tangannya ke depan sehingga roknya bagian atas langsung lepas dan
payudaranya yang masih kenyal dan hangat kalau diraba itu terlihat
dengan jelas di depan mataku ditambah putingnya yang kelihatan mulai
membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku terpesona.
Walaupun aku sudah sering menelanjangi
dan meniduri pacarku di hotel, tetapi bentuk tubuhnya yang berbeda itu
mempunyai daya rangsang yang tersendiri. Hanya karena kebiasaan yang
sudah sering melihat pacarku dalam keadaan telanjang bulat itu yang bisa
membuat aku mengendalikan emosi dan gelora nafsu mudaku.
Roknya terus kutarik ke bawah sehingga
terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh di atas meja dan Anggi
kuangkat untuk kutidurkan di ranjang dengan masih memakai CD saja. Tapi
CD-nya pun kulorot untuk dilepas dan vaginanya yang seperti bukit kecil
itu tertutup oleh rambut yang cukup lebat.
Aku kemudian melepas T-Shirtku dan
celana panjang serta CD-ku sambil memandangi tubuh Anggi yang telentang
di ranjang dengan pose yang menggiurkan ditambah lidahnya yang sering
membasahi bibirnya itu.
Kudekati Anggi kemudian kuciumi seluruh
wajahnya dengan tangan menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk
lembah dan bukit maupun puncak payudaranya sampai ke pusarnya dan perut
bagian bawah.
Setelah ciumanku berpindah ke bagian
dadanya terutama bukit-bukit payudaranya, tanganku mulai beraksi di
sekitar vaginanya serta pahanya serta sekali-kali rambut bawahnya
kutarik pelan-pelan sambil jari tengahku menggelitik clitorisnya yang
mulai nongol.
Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai
rambut kemaluannya dan daerah sekitar vaginanya dan pahanya serta
tanganku terus mengusap dan memijit betis serta telapak kakinya.
Ciumanku terus ke lututnya,
Kemudian ke betis, tumit kaki lalu
telapak kakinya sampai jari-jari kakinya pun kuhisap satu persatu semua
baru aku balik naik menghisap daerah selakangannya dengan membuka
lebar-lebar pahanya lalu daerah antara anus dan vagina itu kucium dan
kukecup serta kujilati sehingga Anggi mendesah kenikmatan dan terasa ada
cairan lendir yang menyemprot keluar dari lubang vaginanya.
Setelah kulihat benar terlihat dari lubangnya vagina mengalir keluar cairan lendir dengan bau khusus.
Langsung kucucup lubangnya dan kusedot
kuat-kuat hingga sruuuuttt… lendirnya masuk ke dalam mulutku dan
kugelitik terus selangkangannya supaya cairan nya keluar lagi lebih
banyak dan kusedot terus dan ternyata benar Anggi masih mengeluarkan
lendirnya yang masuk kemulutku.
Rasanya asin2, asem dengan bau khas seperti juga milik pacarku, aku memang jadi semangat dengan minum lendirnya.
Langsung saja Anggi kuajak main dengan
pose 69, aku segera naik ke atas tubuhnya dan penisku kupaskan dihadapan
mulut Anggi supaya mudah ia untuk mempermainkan penisku dengan lidah
dan mulutnya sedang aku sendiri segera menyingkap rambut kemaluannya
yang rimbun itu untuk menjilati clitorisnya.
Lalu kugigit-gigit dan kutarik-tarik
juga clitorisnya dengan bibirku. Anggi tampak terangsang sekali dengan
permainan mulutku di daerah vaginanya, apalagi pahanya sekarang kubuka
lebar-lebar dan selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus
dengan jari-jariku dan kadang-kadang kujilati.
Begitu clitorisnya kugetarkan dengan
ujung lidahku yang bergerak begitu cepat (seperti lidah cecak katanya
pacarku) hanya semenit saja Anggi sudah berontak dengan kakinya dan
pantatnya digerakan kesana kemari kemudian mengaduh,
“Aduuuuh Pak, Anggi nggak tahan… sudah
keluar dan lemas Pak.” Saat itu terasa lendirnya menyemprot dan mengenai
hidungku, segera kucucup lagi lubang vaginanya untuk kusedot semua
lendirnya yang sudah keluar di lubang vaginanya. Aku merasakan
kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah
semua.
Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yang banyak dikeningnya serta bertanya,
“Anggi sayang, apakah Anggi sudah capai?”
“Belum Pak, Anggi cuma lemas saja karena
tak kuat menahan kenikmatan yang luar biasa dari permainan lidah Bapak
tadi, rasanya sampai ujung rambut dan ujung kaki Pak” sahutnya.
“Kalau begitu kita main lagi ya?” kataku.
Anggi mengganggukan kepala. Lalu aku
naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke lubang
vaginanya, kemudian kutarik keluar lagi pelan-pelan setelah masuk keluar
ini lancar berulang-ulang lalu penisku langsung kubenamkan seluruhnya
ke dalam vaginanya, sampai Anggi menghela napas panjang menahan sakit
dan nikmatnya karena katanya masuknya terlalu dalam.
Setelah itu kugerakan pantatku memutar
searah jarum jam sehingga Anggi menjerit kenikmatan terus karena
clitorisnya tergesek oleh rambut kemaluanku dan dinding dalam vaginanya
tergesek oleh batang penisku yang mengeras sehingga ia berbisik, “Aduuuh
Pak, nikmat rasanya luar biasa.
Aku mau orgasme Pak.” Mendengar itu aku
langsung menciumi payudaranya yang sebelah kiri, karena Anggi bilang
lebih sensitive dari pada yang kanan dan putingnya langsung kugetarkan
lagi dengan ujung lidahku.
Tanpa basa basi lagi hanya beberapa
detik terasa vaginanya mencengkeram penisku dan berdenyut-denyut serta
ada lendir hangat yang menyiram penisku. Anggi sudah klimaks, ia tampak
terkulai lemas.
“Capai Anggi, sayang?” tanyaku.
“Iya… Pak” sahutnya lirih manja.
“Tolong Anggi diberi air maninya Pak” pintanya.
“Sekarang?” tanyaku.
“Iya Pak.”
“Tahan sebentar lagi iya, nanti aku semprotkan”.
Lalu aku mengkonsentrasikan segenap
pikiranku pada segala keindahan tubuh Anggi yang sedang kunaiki ini dan
tingkah polanya yang merangsang sambil memandang bibirnya yang merah
basah merangsang.
Kugenjot terus gerakan penisku naik
turun dan semakin lama semakin cepat sampai Anggi menggeliat,
menggelinjang tak karuan sambil menarik lepas sprei dan meremas-remasnya
dan akhirnya, crruuuutttt… cruuuuuttttt… crrruuuutt, maniku menyemprot
kedalam vaginanya sambil kutekan terus penisku dalam-dalam ke vaginanya.
“Sssseeetttt…. aacccchh, Anggi merasakan
kehangatan yang luar biasa dari air mani Bapak.” Dan Anggi pun orgasme
lagi karena penisku merasakan vaginanya berdenyut-denyut lagi.
Setelah beberapa menit kita istirahat
dengan tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam
telah menunjukkan pk 9.30. Karena sudah agak malam Anggi cepat-cepat
bangun dan mengambil handuk yang dibasahi lalu membersihkan penisku dan
kemudian vaginanya. Kita tak cuci karena makan waktu lama.
Segera Anggi memakai roknya lagi,
demikian juga aku. Sedang CD-nya dilipat dan dimasukkan ke dompetnya
karena masih basah kena lendir saat kugosok clitorisnya di rumah makan
tadi. Dalam perjalanan pulang Anggi sempat bertanya,
“Bapak jadi kawin kapan?”
“Iya masih 2-3 tahun lagi, tunggu pacarku selesai kuliah”, sahutku.
“Kenapa?” tanyaku. Anggi merebahkan kepalanya ke bahuku sambil berkata,
“Anggi tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mukjizat.”
“Maksud Anggi?” tanyaku.
“Siapa tahu suatu saat Anggi dapat kabar
gembira dari Bapak. Sebab Anggi malam ini benar-benar merasakan
kenikmatan yang hebat dari Bapak dan lebih dari itu Anggi merasakan
Bapak meniduri Anggi dengan penuh kasih dan kemesraan yang layaknya
suami istri yang dipenuhi rasa cinta. Kapan-kapan Anggi boleh merasakan
lagi ya Pak?”
“Kapan saja Anggi kangen saya bersedia, tapi Anggi harus benar-benar atur waktunya jangan sampai Anggi hamil yaa!” pesanku.
Saat mobil sampai di rumah kost, Anggi
tak segera turun ia malah merangkul leherku dan ditariknya aku, lalu
diciuminya seluruh wajahku dengan penuh perasaan hatinya dan terlihat
matanya memerah dan berkaca-kaca.
Aku jadi terenyuh dibuatnya, kubelai
rambutnya dan kuusap matanya yang berair lalu kubisiki, “Anggi jangan
sedih, kan tiap hari kita masih bertemu. Anggi malam ini capai nanti
langsung istirahat ya, jangan melamun macam-macam ya sayang?” pesanku
sambil kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai
pahanya yang terbuka itu, baru Anggi mau turun dengan senyum kecil.
Esok harinya di kantor pagi-pagi saat
kupanggil Anggi untuk memberikan tugas, ia masuk ke kamarku dengan
senyum-senyum manja, setelah kujelaskan tugas-tugas yang harus
dikerjakan kutanya kenapa kok senyum-senyum.
Anggi menjawab sambil mendekat ke
sisiku, “Pak, air maninya semalam baru keluar tadi saat Anggi duduk di
kantor, sekarang CD Anggi jadi basah.
” Karena Anggi sudah mendekat tandanya
minta untuk dibuktikan, maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD
bagian vaginanya basah juga sela-sela pahanya basah agak licin dan
ternyata baunya memang seperti maniku.
Aku bilang, “Anggi kamu cuci dulu sana
ya.” Anggi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Biarin saja Pak, Anggi
toch nggak punya CD lagi di kantor malah nggak enak kalau dilepas
CD-nya, sampai nanti sore juga tak apa-apa malah nanti siang mungkin
sudah kering sendiri.” Lalu tanganku digenggam erat-erat dan memandang
tajam penuh arti dan berkata,
“Kapan Bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pada Anggi?”
“Kapan saja terserah Anggi”, kataku.
Semenjak itu aku sering diajak kencan
hampir tiap minggu sekali dan setelah pacarnya baik kembali hubungannya,
hubungan seks tetap berlangsung terus kira-kira tiap bulan sekali
sambil cerita-cerita apa saja yang dilakukan suaminya padanya.
Sampai sekarang sudah hampir sepuluh
tahun berlalu dan aku sudah pindah kerja di bank, sedang Anggi
menggantikan jabatanku dan kami masing-masing telah berkelarga dan punya
anak, tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung di siang hari
saat jam makan siang, hanya frekuensinya jauh berkurang kira-kira 3-4
bulan sekali. Tapi justru karena waktu yang lama itu menyebabkan tiap
kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.
No comments:
Post a Comment