Cerita Sex – ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu
rumah tangga, yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut
mengetahui nomor HPku.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba HPku berbunyi.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba HPku berbunyi.
“Hallo, selamat siang Dandy” suara perempuan yang manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Maya” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.
“Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.
“Ooo, Mbak Via” kataku datar.
Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya yang berjudul Kisah
bersama Ibu Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’
kehidupan sex aku.
“Gimana khabar Mbak Via?” tanyaku.
“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Maya.
Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah
kenal lama. Suara Maya yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka
bagaimana bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk
fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.
“Hallo.. Dandy, kamu masih disitu?” tanya Maya.
“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.
“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Maya tuh” celetukku.
“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.
“Dandy, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Maya.
“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.
“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Dandy ngikut aja” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa” katanya.
“Oke, sampai nanti Dandy.. Aku tunggu jan 18.00″ sambil berkata demikian, HP nya langsung off.
Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan
segera meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor,
aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk
perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku
sering olahraga setelah jam kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3. Jam ditanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan Maya.
Cerita Sex – Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca,
sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar
di Surabaya ini. Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola
mataku berhenti pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian.
Menurut tebakan aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas.
Wajahnya yang lumayan putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai
nakal, berusaha menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di
depanku. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang
putih di balik rok mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah
betapa bahagianya aku jika orang tersebut adalah Maya yang menghubungi
aku siang tadi.
Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu
berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika
dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.
“Maaf, kamu Dandy ya?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy.. iyaa.. Kamu Maya?” tanyaku balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan
halus.
“Silahkan duduk May” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.
“Terima kasih” kata Maya sambil tersenyum.
“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Dandy” jelasnya.
“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah
sempurna saja wajahnya yang semakin matan.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Maya adalah seorang wanita yang sedang tugas di Surabaya. Maya adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.
“May, kamu kenal Via dimana?” tanyaku mnyelidik.
“Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via sering online
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga
untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil
Maya menjelaskan dengan penuh semangat.
“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3
hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.
“Memang Mbak Maya nginap dimana?” tanyaku.
“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E..” jelasnya.
“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Dandy.. Makanya saat itu aku tanya Via” kata Maya.
“Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Maya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor HP kamu” lanjutnya.
Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.
“Dan.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Maya.
“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Maya sendirian balik ke hotel” kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan
segera meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan
Tunjungan Plasa.
Aku dan Maya bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan
sesampainya di kamar nomor 306, Maya menawarkan aku untuk masuk sejenak.
Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
aku berjalan di belakangnya.
“Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu” kata Maya sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.
Cerita Sex – Mataku menyelidik, apakah benar Maya sendirian dalam
kamar. Dan memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor
kecilnya yang masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada
di atas ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Maya,
tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai
handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.
“Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa dibuang” kata Maya sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi.
Ketika aku melewati tubuh Maya, mataku yang nakal sedikit mencuri
pandang di belahan dada Maya yang terkesan menyembul keluar karena
terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning
merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh
Maya.
Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup
bathup yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena
pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara
air langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.
“Oke May.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku
sambil masih membelakangi tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku.
Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan
di depan mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang
melekat di tubuhnya tadi.
“Ma-Maaff.. Aku mau keluar May” kataku gugup.
Maya tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu
langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.
“Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau
mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.
“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu berlebihan” kataku.
“Berikan aku kenikmatan itu Dan..” sambil berkata demikian, bibir mungil Maya langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat mencari lidahku.
Cerita Sex – Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung
menyambut keliaran lidah Maya. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri,
sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney
Spears. Aku merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang.
Sesekali tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Maya,
pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun.
Aku meremas pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Maya
semakin naik.
Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai
merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk
bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.
“Ooohh.. Dandy.. Geelli..” desah Maya.
Serangan bibirku semakin menjadi di leher Maya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga
bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih
ketat dan kencang. Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang
meledak-ledak, bibir Maya yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri
mulai ganas melahap bibriku.
Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan.
Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah
leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan
lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan
sedikitpun dada bidangku.
Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika
lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku,
yang bisa menggugah nafsu birahiku secara sepontan.
“Ohh.. May.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.
Maya benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa
aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Maya
sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku
hanya menganakan celana dalam saja.
Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya
memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku
benar-benar terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana
dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari
belakang.
“Gila.. Pantes Via puas, habis penismu gede seperti ini” kata Maya memuji.
Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD
yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat
Maya yang sedang tertegun dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak
sekali dan sesaat kemudian.
“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Maya yang mungil mulai mengulum batang penisku.
“Aakhh.. May.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.
Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Maya, utnuk memudahkan
bergerak maju mundur dan ketika penisku benar-benar terlean dalam mulut
Maya, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung penisku
menthok pada dasar mulut Maya.
“Sss.. Maayy.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu
denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang
kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.
Cerita Sex – Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya bangkit dari
posisi pertama yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga
tubuh Maya terduduk di kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua
pahanya yang putih. Lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi
rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya,
membuat tubuhku berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku
langsung aku julurkan ke permukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Sss.. Dandyy.. Nikmaat sekali.. Ughh” rintih Maya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan
lidahku di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Maya yang terkadang
berputa-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam
lebih dalam ke lubang vaginanya.
“Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Maya.
“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang vaginanya, sesekali aku
memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku
perhatikan Maya merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku
perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa
nikmat yang bergejolak di hatinya.
“OOhh.. Dandy, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.
Semakin Maya merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat
nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin,
dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.
“Danddy.. Danddyy.. Ooogghh..” Maya merintih panjang.
Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya
menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas
rambutkuyang sedikti gondrong.
Maya terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari
lubang vaginanya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang
wangi tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat
Maya pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah
bersih, aku membimbing tubuh Maya yang masih lemas. Aku mendekap tubuh
Maya dari belakang, kami berdua menghadap cermin.
“Ohh.. Dandy..” Maya mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian
belakang telinganya. Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan
meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus,
pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang
dari tadi masih tegang. Jari telunjuk kananku bergerak menggesek
clitoris Maya yang sduah mulai basah kemabli.
“Danddyy..” Maya kembali mendesah.
Peralahan aku mengangkat kaki kanan Maya dan aku sandarkan di
wastafel kamar mandi. Sehingga Maya hanya berdiri dengan satu kaki saja,
batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Maya dan sekali
hentak.
“Bleesst..” kepala penisku mengoyak vagina Maya.
“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dan.. Punya kamu” Maya merintih.
Perlahan aku beregark maju mundur di lubang vagina Maya, sampai
akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang vagina Maya. Sekali
tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Maya
dan bersama dengan itu, tubuh Maya sedikit terangkat.
“Hekk.. Danndyy.. Nikmatt sekalii.. Oooh” Maya merintih kembali.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Maya menggelinjang
hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan
yang luar biasa di batang kemaluanku.
“Danddy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati
tusukan batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung
penisku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama
dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua
tanganku meremas kedua bukit kembar Maya dan sesekali membantu pinggul
Maya utnuk berputar-putar.
“Danddy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Maya bersandar di
cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri
kanan seperti orang yang lagi triping.
Cerita Sex – Beberapa saat kemudian Maya seperti orang kesurupan
dan ingin memcau birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan
birahinya, disaat Maya semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan
spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi
centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding vagina Maya.
“Danddy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Maya meminta.
Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Maya untuk
mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Maya benar-benar tidak
bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.
“Danddyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Maya.
Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Maya semakin tak terkendali.
“Dann.. Ddy.. Aaammppunn” rintih Maya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan
dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Maya. Aku merasakan semburan
cairan membasahi seluruh batang kemaluanku.
“Creek.. Crek.. Crek..” suara penisku masih bergerak keluar masuk
di lubang vagina Maya. Aku semakin tidak peduli dengan Maya yang sudah
mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk
mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Maya yang
pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.
Posisi Maya, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri.
Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan
kembali ke lubang vagina Maya.
“Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Maya sambil merintih.
Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Maya dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
“May.. vagina kamu memang asyik banget” pujiku.
“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.
Maya hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati
tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat
oleh vagina Maya dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa. Permainan sexku benar-benar bisa diterima Maya karena ternyata
wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.
“May.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.
“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Maya merintih.
“Dandyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Maya.
“Iya May.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.
Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Maya semakin kencang, semakin
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
“Danddy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Maya.
“Aku juga May.. Oohh.. Maayy” aku merintih.
“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri vagina Maya.
Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai
keluar dicelah vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
“Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Maya merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.
“Kamu luar biasa..” Maya tidak meneruskan kata-katanya karena
bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi
bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Maya yang molek
seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh
ruangan tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari
perlengkapan bag shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh
tubuh Maya, sesekali jariku yang nakal memilin punting Maya.
“Ughh.. Danddy..” Maya merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah.
Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali Maya seorang wanita yang sedang butuh kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua
memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.
Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena HP ku berapa kali tadi berbunyi.